Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan
Beton
dalam pengertian umum adalah campuran bahan bangunan berupa pasir
dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Tetapi,
tanpa menggunakan semen Prof Ir H Djuanda Suraatmadja melakukan
penelitiannya sampai akhirnya terciptalah bahan bangunan baru yang
disebut beton polimer. Hasilnya? “Ternyata cukup bagus dan sampai
sekarang tidak pernah ada keluhan,” kata Guru Besar Institut
Teknologi Bandung (ITB) dan Rektor Institut Teknologi Nasional (Itenas)
Bandung itu mengungkapkan berbagai uji coba lapangan sekaligus
implementasi hasil temuannya.
Ide dasar penelitian beton polimer pada
awalnya berdasarkan pemikiran ingin mencari beton yang dalam hal-hal
tertentu memiliki sifat lebih baik dari beton semen. Ternyata dari
literatur diketahui, polimer memiliki sifat seperti semen.
Polimer adalah suatu zat kimia yang
terdiri dari molekul-molekul yang besar dengan karbon dan hidrogen
sebagai molekul utamanya. “Bahan polimer berasal dari limbah plastik
yang didaur ulang, kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya,”
kata penerima Piagam Penghargaan Menteri Pengawasan Lingkungan Hidup
(1983) itu. Penggunaan bahan tersebut
sekaligus bertujuan memanfaatkan limbah plastik, di samping mencari
alternatif pengganti semen. “Ketika itu harga semen masih
melonjak-lonjak,” katanya dengan tutur kata halus.
Berkat ketekunan dan kegigihannya,
penelitiannya yang dilakukan sejak tahun 1975 dengan berbagai uji
coba di Laboratorium Struktur dan Bahan serta laboratorium lainnya
di ITB dan LIPI akhirnya membuahkan hasil. Hasil penemuan tersebut
sekaligus menarik perhatian ilmuwan dan para industriawan mengingat
beberapa keistimewaan dan sekaligus kelebihan beton polimer
dibanding beton semen.
Tahun 2000, Prof Ir H Djuanda Suraatmadja
menerima penghargaan Anugerah Kalyanakretya pada Hari Kebangkitan
Teknologi Nasional V yang dicanangkan Presiden Abdurrahman Wahid di
Bandung.
BETON polimer memiliki sifat kedap air,
tidak terpengaruh sinar ultra violet, tahan terhadap larutan agresif
seperti bahan kimia serta kelebihan lainnya. Yang lebih istimewa
lagi, beton polimer bisa mengeras di dalam air sehingga bisa
digunakan untuk memperbaiki bangunan-bangunan di dalam air.
Satu-satunya kelemahan yang hingga kini
belum teratasi adalah harga beton polimer masih belum bisa lebih
rendah dibanding beton semen, kecuali untuk daerah Irian Jaya, di
mana harga semen sangat mahal. Karena itu, beton polimer selama ini
lebih banyak digunakan untuk rehabilitasi bangunan yang rusak.
Perbaikan kubah clinker storage PT Semen
Padang yang retak antara 0,01 sampai 5 mm akibat tertimpa crane
dilakukan dengan menginjeksi bahan polimer JDB-01 Grout. Bahan
serupa diberikan untuk perbaikan rotary kiln PT Tonasa IV yang retak
pada pondasinya. Sementara perbaikan prilling tower PT Multi
Nitrotama Kimia di lingkungan pabrik natrium nitrat di Dawuan,
Cikampek, yang rusak akibat agresi bahan kimia tersebut, dilakukan
dengan bahan polimer JDB-05 Coat. “Sampai sekarang masih tetap baik
dan tidak ada keluhan,” kata penerima Piagam Penghargaan Teladan
Menteri PU (1992) dan Tanda Kehormatan “Satyalencana Karya Satya XXX
tahun” itu.
JDB-01 Grout dan JDB-05 Coat merupakan
dua dari enam jenis bahan polimer hasil penelitiannya yang sudah
dipatenkan dengan judul Beton Polimer untuk Perbaikan Struktur Beton
dengan nomor paten P-981069. Empat jenis bahan polimer lainnya yang
sudah dipatenkan adalah JDB-02 Seal, JDB-03 Bond, JDB-04 Prepack
dan JDB-06 Shot. JDB merupakan singkatan dari penemunya, Djuanda
dibantu dua mahasiswa yang menjadi rekannya dalam penelitian, Dicky
dan Budi. Masing-masing jenis polimer tersebut memiliki sifat dan
kegunaan berbeda. JDB-01 Grout, misalnya, merupakan bahan untuk
pekerjaan grouting (pelapisan untuk menutupi celah). Sedangkan JDB-02
Seal merupakan bahan pelapis/penutup retakan pada pekerjaan
grouting.
Untuk merekatkan dua permukaan digunakan
polimer JDB-3 Bond yang memiliki daya adesi tinggi. Sedangkan untuk
beton prepack digunakan JDB-04 Prepack. Sedangkan JDB-05 Coat
digunakan untuk pelapis dinding, lantai dan permukaan struktur
bangunan lainnya dari gesekan atau agresi. Polimer JDB-06 Shot
merupakan bahan untuk pekerjaan shotcrete.
Keenam jenis polimer tersebut, selama ini
masih diproduksi secara terbatas dan hanya berdasarkan pesanan.
Walaupun ia mengakui tidak memiliki modal, tetapi ia belum bersedia
menjual hak patennya. Dalam kesibukannya sebagai Rektor Itenas dan
Dekan Fakultas Teknik Universitas Siliwangi (Unsil) di Tasikmalaya,
ia masih menyisihkan waktunya untuk melakukan penelitian. “Saya
masih ingin mengembangkan lagi,” katanya mengemukakan alasan.
Lahir dari keluarga guru di Bandung, 3
Januari 1936, setamat dari Fakultas Teknik Sipil ITB (1960) Djuanda
menjadi pegawai Pekerjaan Umum Jabar. Setelah enam bulan, ia kembali
ke kampusnya karena kecewa. “Gambar-gambar yang saya buat tidak
pernah direalisir,” ujarnya.
Anak kedua dari 12 bersaudara itu
akhirnya memutuskan mengikuti jejak orangtuanya. Ayahnya, Otong
Suraatmadja, adalah mantan Direktur SMA I Bandung, dan ibunya, Ny
Kamidah Atmadidjaja, pernah menjadi guru Sekolah Kepandaian Puteri
(SKP) di Sumedang. Kariernya di ITB diawali sejak tahun 1960 sebagai
asisten ahli. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan (1977-1981) dan Kepala Program S2 STJR-ITB
(1982-1992). Ayah tiga anak dari perkawinannya dengan Ny Hj Anny
Sumarni M Ranusadjati itu banyak melakukan penelitian, di samping tidak
kurang dari 24 karya tulis dengan delapan di antaranya disampaikan
di luar negeri serta 16 karya teknologi yang sebagian besar
merupakan konstruksi beton. Tahun 1971 dan tahun 1982 ia mengikuti
pendidikan di The University of New South Wales, Australia, dan
University California, Amerika Serikat, setelah sebelumnya di Purdue
University selama dua tahun.
Selama itu ia juga banyak melakukan
penelitian. Karya-karya penelitiannya yang umumnya telah
diseminasikan dalam bentuk Standar Nasional yang dapat berguna bagi
masyarakat luas. Yaitu dalam bentuk Peraturan Dinas Nomor 10 tentang
Jalan Rel Indonesia, SNI Uji Tarik Langsung Material Beton pada
tahun 1997, dan SNI Tata Cara Pemakaian Beton Polimer untuk
Perbaikan dan Penguatan Struktur Beton pada tahun 1998.
Karya lainnya yang sekaligus merupakan
penemuannya yang terbaru adalah pemanfaatan cooper tailling yang
merupakan limbah PT Freeport di Irian Jaya yang selama ini terbuang
percuma, bahkan menjadi masalah lingkungan.
Cooper tailling berbentuk seperti pasir
namun kurang baik jika digunakan sebagai bahan konstruksi beton
semen. Sebaliknya bahan tersebut cukup baik untuk campuran beton
polimer sehingga bisa menciptakan peluang wirausaha baru dalam
produksi dan aplikasi beton polimer. Namun, ahli beton itu
menyayangkan kerja sama ITB dengan PT Freeport terhambat karena
situasi keamanan di wilayah tersebut. (Her Suganda) –
0 Response to "Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan"
Posting Komentar